Wednesday, September 19, 2012


Apakah Asma Itu ?

Heru Sundaru
Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI-RSCM, Jakarta.

Pendahuluan

            Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir telah terjadi peningkatan prevalensi asma baik di Negara maju maupun berkembang. Prevalensinya tinggi sampai 20-30% di negara maju, dan 2-10% di negara berkembang. Di Indonesia diperkirakan antara 5-7%  dan telah terjadi peningkatan prevalensi secara nasional dari 4,2 % tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2001. Di Jakarta sendiri pada tahun 2004 mencapai 7,5%.
            Masalahnya bukan hanya peningkatan prevalensi semata tetapi tidak kalah pentingnya yaitu dampak dari asma itu sendiri. Sebagai gambaran kita ambil contoh dari negara maju yang statistik kesehatannya sudah terbilang baik. Data dari Amerika Serikat menunjukkan, penderita asma anak kehilangan 10,1 juta hari sekolah atau 2 kali lebih besar dibanding anak yang tidak menderita asma.  Asma pada anak juga menyebabkan 12,9 juta kunjungan ke dokter dan perawatan di rumah sakit bagi sebanyak 200.000 penderita per tahun. Survei yang sama juga membuktikan adanya keterbatasan aktivitas pada 30% penderita asma dibanding hanya 5% pada yang bukan penderita asma.
Demikian pula pada penderita asma dewasa, mereka kerap kehilangan hari kerja dan kesempatan kerja pada sektor-sektor tertentu. Suatu penelitian di Amerika Serikat melaporkan, jumlah pekerja yang absen karena asma lebih dari 6 hari per tahun mencapai 19,2% pada penderita asma derajat sedang dan berat, serta 4,4% pada penderita asma derajat ringan. Centers Disease Control and Prevention di Amerika Serikat juga melaporkan terdapat sekitar 2 juta penderita asma mengunjungi unit gawat darurat dengan 500.000 penderita di antaranya harus di rawat di rumah sakit setiap tahunnya.
Ditinjau dari segi biaya, pengobatan asma tidak dapat dikatakan murah. Sebagai contoh, di negara maju biaya pengobatan asma setiap penderita berkisar antara 300-1300 US$ per tahun. Sedangkan di Amerika Serikat sendiri secara keseluruhan mencapai 12 milyar US$ per tahun baik untuk biaya langsung seperti biaya dokter, obat, dan rumah sakit, maupun untuk biaya tidak langsung akibat hilangnya produktivitas kerja.
Selain menimbulkan morbiditas yang telah dikemukakan di atas, asma juga dapat menyebabkan kematian. WHO memperkirakan pada tahun 2005 di seluruh dunia  terdapat 255.000 penderita meninggal karena asma, sebagian besar atau 80% kematian justru terjadi di negara-negara sedang berkembang. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, dan kurangnya fasilitas pengobatan yang tersedia.
Beban asma tadi belum termasuk, kualitas hidup yang harus di tanggung penderita dan keluarganya. Hari-hari libur, berekreasi, olah raga sempai kurang tidur ataupun keterbatasan aktivitas belum masuk hitungan.
Semua beban akibat asma yang telah dikemukakan di atas, tak lain disebabkan oleh asma yang tidak terkontrol. Pada akhirnya, hal ini menyebabkan beban biaya serta penurunan kualitas hidup bagi penderita. Dengan demikian, pengobatan yang efektif untuk mencapai kontrol asma tidak saja menyebabkan penderita kembali kepada kehidupan yang normal tetapi juga menguntungkan secara ekonomi, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Dilaporkan saat ini 300 juta penduduk dunia sakit asma.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah demikian jauh, tetapi nytanya masih banyak penderita asma yang belum terkontrol baik. Di masyarakat  Eropa, yang tergolong maju, hanya 5% penderita asma yang terkontrol dengan baik, sementara di negara-negara Asia Pasifik hanya 2,5% yang terkontrol. Tampaknya ada kesenjangan ilmu pengetahuan mengenai asma baik diantara dokter, tenaga medis maupun masyarakat. Tenaga perawat yang terlatih (Asthma Educator) diharapkan akan menempati posisi penting dalam menjembatani kesenjangan antara dokter dan penderita maupun keluarga. Dalam makalah ini akan dibahas berbagai hal mengenai asma mulai dari definisi, sampai kepada pengertian-pengertian yang berkaitan dengan asma.

Definisi
Definisi asma menurut  Global Initiative for Asthma (GINA) 2002 adanya penyakit inflamasi kronis saluran napas dengan berbagai jenis sel dan elemen selular yang berperan. Inflamasi tersebut menimbulkan peningkatan hipereaktifitas saluran napas yang menyebabkan episode mengi yang rekuren, sesak, dada rasa tertekan, dan batuk terutama pada malam dan dini hari. Episode tersebut biasanya disertai obstruksi saluran napas luas, tetapi variable yang seringkali reversibel dan sembuh dengan spontan atau dengan pengobatan.

Definisi asma dari masa ke masa mengalami perubahan, namun dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya asma terdiri dari
  1. Inflamasi saluran napas
  2. Hipereaktifitas
  3. Obstruksi
Saluran napas yang hiperaktifitas ini yang membedakan penderita asma dengan orang normal, karena pemicu atau pencetus dapat menyebabkan obstruksi saluran napas dan inflamasi. Kuat dugaan hipereaktifitas berhubungan erat dengan inflamasi dan berat asma. Melalui pengobatan anti inflamasi seperti kortikosteroid hirup, inflamasi dalam hal ini diwakili oleh jumlah eosinofil dalam sputum akan menurun. Demikian pula halnya derajat berat asma akan menurun, gejala asma berkurang atau menghilang.
            Obstruksi saluran napas sangat bervariasi baik pada individu yang sama atau antar individu. Pada individu yang sama derajat obstruksi bisa berbeda antara pagi dan malam (variabilitas), sehingga gejala asma lebih berat pada malam hari dibanding pagi hari (variasi diurnal). Tentu saja gejala atau derajat berat asma dari satu penderita bisa berbeda dengan penderita yang lain (individualitas), dengan demikian strategi pengobatan juga dapat berbeda.

Penyebab Asma
Istilah penyebab asma di sini sebenarnya kurang tepat, karena terus terang sampai saat ini penyebab asma belum diketahui. Sebenarnya telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli di bidang asma, namun belum satu pun teori atau hipotesis yang dapat diterima atau disepakati semua ahli. Meskipun demikian yang jelas saluran napas penderita peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktifitas saluran napas = kepekaan saluran napas yang berlebihan).
            Kepekaan yang berlebihan ini juga bukan syarat satu-satunya untuk terjadinya asma. Karena banyak orang yang mempunyai saluran napas yang peka tetapi tidak menjadi asma. Syarat kedua yaitu adanya ransangan yang cukup kuat pada saluran napas yang telah peka tadi. Ransangan ini pada asama lebih populer dengan nama faktor pencetus. Kedua syarat tersebut umumnya dijumpai pada penderita asma, artinya masih terdapat kemungkinan atau syarata lain yang saat ini belum diketahui.
Istilah pencetus kadang-kadang dikacaukan dengan penyebab. Sering kita mendengar seseorang asmanya disebabkan karena tekanan jiwa. Hal ini tidak tepat karena tekanan jiwa bukan penyebab, melainkan faktor pencetus serangan asma. Suatu penyakit kalau penyebabnya dihilangkan, maka penyakitnya akan sembuh, misalnya pada penyakit  tuberkulosis paru, jika kumannya dapat dibasmi habis, penderita tersebut dinyatakan sembuh. Lain halnya dengan penderita asma tadi. Tekanan jiwanya mungkin dapat dihilangkan, tetapi sewaktu-waktu ia masih mungkin mendapat serangan asma karena sebab yang lain seperti infeksi atau alergen.

Kepekaan saluran napas yang berlebihan
            Yang membedakan orang normal dengan penderita asma adalah sifat kepekaan yang berlebihan ini. Asap rokok, tekanan jiwa, alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma, tetapi pada penderita asma rangsangan tadi dapat menimbulkan serangan (gambar 1).



                                   Gambar 1. Faktor pencetus dan terjadinya asma

Mengapa saluran napas penderita asma menjadi sangat peka sampai sekarang belum ada jawaban yang pasti. Banyak teori diajukan oleh para ahli untuk menerangkan terjadinya kepekaan tadi, antara lain gangguan saraf, infeksi virus, alergi dan lain-lain. Selain berat ringannya kepekaan di antara penderita asma berbeda-beda, derajat berubah-ubah sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit penderita, pengaruh lingkungan dan obat-obat antiasma. Dalam dunia kedokteran kepekaan saluran napas yang berlebihan sering disebut sebagai hipereaktifitas saluran napas atau hiperaktifitas bronkus.

Peranan faktor keturunan dan lingkungan
         Lebih kurang seperempat penderita asma, keluarga dekatnya juga menderita asma, meskipun kadang-kadang asmanya sudah tidak aktif lagi dan seperempatnya lagi mempunyai penyakit alergi yang lain. Di antara keluarga penderita asma, dua per tiganya memperlihatkan tes alergi yang positif. Keterangan di atas menunjukkan adanya hubungan antara asma, alergi dan keturunan. Tetapi bagaimana asma dan alergi tadi diturunkan, juga belum ada penjelasan yang pasti, artinya asma memang penyakit yang diturunkan tetapi tidak tahu siapa yang akan mendapat asma atau alergi. Kadang-kadang dijumpai keluarga dekat penderita tidak ada yang menderita asma, tetapi bila diselidiki lebih lanjut mungkin kakek, nenek, atau pamannya ada yang menderita asma.
         Bahkan pada anak kembar identik (berasal dari satu telur), bila salah satu menderita asma, tidak selalu saudara kembarnya menderita asma. Sendainya mereka menderita asma, beratnya juga sering tidak sama. Di sini terbukti bahwa selain faktor keturunan, faktor lingkungan dimana penderita hidup juga penting peranannya dalam terjadinya asma.

Faktor pencetus
         Setelah serangan asma berlalu, maka usaha kita selanjutnya adalah mencegah agar serangan tersebut tidak terulang kembali. Banyak usaha yang harus dilakukan, salah satu diantaranya yaitu menghindari atau menghilangkan faktor yang dapat menimbulkan serangan asma atau sering disebut sebagai faktor pencetus.
         Faktor pencetus bermacam-macam dan tiap-tiap penderita mungkin mempunyai faktor pencetus yang berlain-lainan, sehingga diperlukan kerjasama antara dokter dan penderita untuk menemukan faktor pencetus tadi. Kadang-kadang tidak mudah mengenal faktor pencetus serangan asma, tetapi jika berhasil ditemukan, kemudian dapat dihindarkan atau disingkirkan maka diharapkan serangan asma akan berkurang bahkan mungkin menghilang. Faktor-fktor pencetus yang sering dijumpai antara lain alergen, infeksi, kegiatan jasmani,lingkungan kerja dan tekanan jiwa.

1.   Alergen
            Alergen merupakan faktor pencetus asma yang sering dijumpai pada penderita asma. Debu rumah, tungau debu rumah, spora jamur, serpih kulit kucing, anjing dan sebagainya dapat menimbulkan serangan asma pada penderita yang peka. Alergen-alergen tersebut  biasanya berupa alergen hirupan, meskipun kadang-kadang makanan dan minuman dapat pula menimbulkan serangan.
            Debu rumah sebenarnya terdiri atas bermacam-macam alergen seperti berbagai sisa makanan, potongan rambut dan berbagai kulit binatang sampai kecoak dan serangga. Tetapi  dari semua alergen yang paling menonjol adalah tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronnyssynus atau D. Farinae). Tungau ini selalu terdapat dalam debu rumah apalagi di daerah yang lembab. Berkembang biak sangat cepat terutama di kamar tidur karena makanannya adalah serpih kulit manusia yang terlepas sewaktu tidur (tanpa sepengetahuan kita sebenarnya kulit manusia secara teratur diganti dengan yang baru). Itulah sebabnya konsentrasi tungau tertinggi didapatkan di kamar tidur dan tungau ini diduga merupakan salah satu penyebab serangan asma yang terjadi pada malam hari. Tungau debu rumah selain sangat senang hidup di tempat yang lembab dan banyak makanan seperti di tempat tidur atau dapur, juga hidup di karpet, buku-buku tua, barang-barang yang berbulu seperti selimut, korden, kursi dan sebagainya. Bukan hanya makhluk sangat kecil tadi menimbulkan reaksi alergi yang hebat, tetapi juga kotoran, air seni dan potongan-potongan badannya, menyebabkan partikel-partikel tadi sangat mudah tersebar di udara bila tertiup angin. Pada penderita yang alergi, sewaktu ia menyapu lantai atau membersihkan buku-buku tua maka segera akan terjadi reaksi alergi yang mula-mula berupa bersin, mata gatal, batuk dan terakhir bisa sesak.
         Reaksi alergi terjadi beberapa menit samapi 6-8 jam setelah terpapar (kontak) dengan alergen, begitu juga lama serangan asma dapat berlangsung hanya setengah jam sampai berjam-jam, tetapi mungkin berhari-hari bila alergen tadi tidak disingkirkan atau dihindari.
            Hewan peliharaan juga dapat menimbulkan asma. Anjing, kucing, kelinci serta kuda merupakan contoh hewan yang cukup sering menimbulkan asma. Jika jelas terbukti hewan tadi sebagai penyebab timbulnya serangan asma, maka sebaiknya hewan tadi dihindari dan kalau mungkin disingkirkan dari lingkungan penderita. Hal ini mudah diucapkan tetapi sukar dilaksanakan apabila penderita sudah terlalu akrab dengan hewan  peliharaan. Sumber alergen lainnya yang cukup penting adalah kecoak. Baik kotoran maupun kencingnya bila telah kering menjadi debu, merupakan alergen yang cukup kuat. Pentingnya alergen seperti tungau debu rumah atau kecoak atauoun alergen lainnya, pada konsentrasi yang rendah menimbulkan sensitisasi sehingga saluran napas menjadi lebih peka dan akhirnya menjadi sangat mudah dicetuskan oleh alergen atau faktor pencetus lainnya. Pada konsentrasi tinggi merupakan faktor risiko untuk serangan asma akut. Ada suatu laporan penelitian pada pasein yang mendapat serangan asma akut, ternyata kadar alergen tungau debu rumahnya cukup tinggi. Itulah sebabnya penghindaran alergen merupakan salah satu dasar pengobatan asma.
            Penderita yang karena pekerjaannya sering berhubungan dengan hewan seperti dokter hewan, peternak ayam, pekerja laboratorium hewan atau pekerja-pekerja lain yang erat berhubungan dengan hewan yang menjadi tanggung jawabnya, barangkali untuk sementara dapat memakai masker, meskipun alat ini kurang efektif dan tidak bisa dipakai lama-lama karena tidak enak.
            Bagi penderita yang memang peka serta tidak mungkin menghindari hewan peliharaannya dianjurkan untuk memakai obat antiasma setiap hari. Kalau tidak berhasil sebaiknya hewan tadi disingkirkan, atau penderita pindah menjauhi hewan tadi. Adakalanya mereka terlalu sayang kepada peliharaannya. Tentu saja mereka dapat terus memelihara hewan tadi, tapi mereka akan mendapat tugas ganda, ya memelihara hewan, ya memelihara asmanya.

2.   Infeksi Saluran Napas
            Infeksi saluran napas merupakan salah satu pencetus yang paling sering menimbulkan asma. Diperkirakan duapertiga penderita asma anak dan sepertiga asma dewasa, serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran napas. Berbagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering dijumpai pada penderita yang mendapat serangan asma. Kemungkinan mendapat serangan asma makin besar bila infeksi tadi cukup kuat.
            Pada bayi-bayi infeksi virus saluran napas memberikan gejala yang meyerupai asma yang sebenarnya peradangan saluran napas yang kecil. Sebagian bayi yang mempunyai gejala ini, suatu hari akan menjadi penderita asma. Jadi diduga infeksi virus pada bayi yang mempunyai bakat asma atau alergi dikemudian hari akan menimbulkan asma pada masa kanak-kanaknya.
            Jika pada oranga normal infeksi saluran napas hanya menyebabkan batuk, pilek dan demam, pada penderita asma gejala tadi akan diikuti dengan serangan asma. Kepada penderita asma yang peka terhadap  infeksi virus ini sebaiknya menghindari orang-orang yang sedang menderita infeksi saluran napas dan sekali ia sudah merasa terkena ”flu”, segera memakai obat anti asma untuk beberapa hari.

3.   Tekanan Jiwa
            Dalam masyarakat seringkali kita mendengan bahwa seseorang mendapat asma karena banyak pikiran. Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma.
            Tekanan jiwa selain dapat mencetuskan asma, juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati, penderita asma yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
            Sebaliknya asma yang berat bisa membawa masalah kejiwaan bagi penderita dan keluarganya. Serangan asma sering mengakibatkan kehidupan penderita terganggu baik sekolah, pekerjaan maupun aktivitas lainnya, dan hal ini tentu saja akan mempunyai akibat kepada keluarganya. Pada asma anak, diperlukan kesabaran orangtua untuk menanganinya tanpa perlu memanjakannya, karena pada dasarnya penderita asma sama seperti penderita penyakit kronis lainnya. Selain jangan memanjakan penderita asma, juga jangan membenci atau menyalahkan karena ini akan menambah tekanan jiwa yang sudah ada. Dalam hal ini sangat diperlukan pengertian seluruh keluarga untuk menolong penderita. Pada keadaan tertentu kadang-kadang diperlukan nasehat psikiater atau psikolog.

4.   Olahraga atau Kegiatan Jasmani
            Sebagian besar penderita asma kan mendapat serangan asma jika melakukan olahraga yang cukup kuat. Penyelidikan menunjukkan bahwa macam, lama, dan beratnya olahraga menentukan timbulnya asma. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma, kemudian bersepeda sedangkan renang dan jalan kaki paling kecil resikonya. Bahkan banyak penderita asma yang memenangkan medali emas dalam cabang renang di olimpiade.
            Lari cepat selama 6-8 menit, paling tinggi kemungkinannya untuk mencetuskan asma. Sedangkan lari terputus-putus selama 1-2 menit atau lari lebih dari 20 menit sangat jarang menimbulkan asma. Itulah sebabnya mengapa kepada penderita dianjurkan melakukan pemanasan sebelum berolahraga.  Lari jarak jauh juga jarang menimbulkan asma. Karena waktunya melebihi 20 menit.
            Serangan asma karena kegiatan jasmani biasanya terjadi segera, setelah selesai berolah raga, lamanya sesak antara 10-60 menit dan jarang serangan asma timbul beberapa jam setelah olahraga, biasanya penderita tampak sehat, sehingga bagi yang tidak mengerti sulit memahami mengapa beberapa menit setelah berolah raga penderita menjadi sesak. Bila penderitanya dewasa ia disangka penderita sakit jantung. Serangan asma akibat kegiatan jasmani dikenal dengan istilah ecxercise induced asthma. Selain olahraga, kegiata jasmani yang lain seperti mengejar bus dan bahkan hubungan seks pun pada penderita dapat mencetuskan serangan asma.

5.   Obat-obatan
            Obat-obatan juga dapat mencetuskan serangan asma. Yang tersering yaitu obat-obat yang termasuk golongan penyekat reseptor-beta atau lebih populer dengan nama ketik ”beta blocker”. Golongan obat tersebut sangat sering dipakai untuk pengobatan penyakit jantung koroner dan darah tinggi. Pada penderita asma yang berat bahkan obat tetes mata yang mengandung ”beta-blocker” dalam dosis yang kecil pernah dilaporkan menimbulkan serangan asma.
            Aspirin dan obat-obatan anti rematik dapat mencetuskan serangan pada 2-10% penderita asma. Serangan asmanya bisa berat, kadang-kadang disertai gejala alergi lain seperti mata dan bibir bengkak, gatal-gatal kulit, meskipun mekanismenya bukan reaksi alergi.
            Obat-obat lain dan bahkan obat anti asma, meskipun jarang pernah dilaporkan dapat mencetuskan asma. 

6.   Polusi Udara
            Semua orang ingin menghirup udara yang bersih dan segar. Sayangnya keinginan ini kadang-kadang sukar dipenuhi karena udara yang ada disekeliling kita sudah banyak yang tercemar. Pendirian pabrik-pabrik yang mengeluarkan hasil sampingan berupa debu, uap atau asap yang tidak terkendali dapat mengganngu penduduk sekelilingnya. Penderita asma sangat peka terhadap zat-zat tadi, apalagi asap yang mengandung hasil pembakaran yang berupa sulfur dioksida dan oksida fotokemikal.
            Polusi udara di dalam rumah pun sering terjadi. Asap rokok, semprotan obat nyamuk, semprotan rambut dapat mencetuskan serangan asma. Penderita yang tidak merokok bisa mendapat serangan asma karena berada dalam ruangan yang penuh asap rokok. Penderita anak-anak lebih sering mendapat serangan asma bila dirumahnya ada yang merokok. Bagi penderita asma yang merokok, segera hentikan kebiasaan tersebut. Mungkin saat ini belum kelihatan akibatnya, tetapi dalam jangka panjang hampir pasti akan menyebabkan penyempitan saluran napas yang sangat sulit diobati.

7.   Lingkungan Kerja
            Diperkirakan 2-15% penderita asma pencetusnya adalah lingkungan kerja dan hal ini harus segera diketahui agar tidak memberikan penderitaan yang berkepanjangan. Dibawah ini (Tabel 1). Merupakan contoh zat-zat yang ada di tempat pekerjaan, yang dapat mencetuskan asma.
            Sebenarnya masih banyak zat yang dapat mencetuskan asma, tetapi contoh diatas merupakan zat-zat yang tersering menimbulkan asma.
            Keluhan terjadi setelah penderita terpapar dengan zat-zat tadi, tetapi adakalanya gejala baru timbul setelah 6-12 jam terpapar. Sehingga bila penderita bekerja di pagi hari, gejala baru timbul sore atau malam hari, setelah penderita di rumah.

Tabel 1. Berbagai zat di lingkungan kerja yang dapat mencetuskan asma
·         Bulu dan serpih kulit binatang
Laboratorium hewan dan peternakan
·         Enzim bakteri subtilis
Industri detergen
·         Debu kopi dan teh
Pengolahan kopi dan teh
·         Debu kapas
Industri tekstil
·         Toluen diisosianat (TDI)
Industri plastik
·         Debu ganduan dan padi-padian
Pabrik roti dan bongkar muat di gudang gandum atau padi-padian
·         Amoniak, sulfur dioksida, asam klorida, klorin
Industri kimia dan perminyakan
·         Garam platina
Pemurnian platina
·         Ampisilin, spiramisin, piperazin
Industri obat-obatan

            Gejala asma ini membaik pada waktu hari libur atau cuti. Kepastian diagnosis ditentukan oleh pemeriksaan laboratorium dan tes provokasi saluran napas dengan zat tersangka.

8.   Lain-lain
            Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas masih ada faktor-faktor lain yang dapat mencetuskan serangan asma, antara lain perubahan udara, tertawa terbahak-bahak, masuknya cairan lambung ke saluran napas. Zat pengawet makanan seperti asma benzoat, dan zat pewarna kuning tartarazin yang dipakai dalam industri makanan dan minuman kadang-kadang dapat menimbulkan serangan asma.
            Pada sebagian penderita, meskipun telah diusahakan secara maksimal kadang-kadang sulit sekali menemukan faktor pencetus serangan asmanya.

            Berdasarkan faktor pencetus yang sangat bervariasi tadi, para dokter sering mengklasifikasi asma sesuai dengan pencetusnya seperti, Exercise Induced Asthma (EIA), allergic asthma, non-allergic asthma, Ocupational asthma, Aspirine or Food additive Induced Asthma dan sebagainya.  Zat-zat pengawet seperti sulfit (pada bir, anggur atau pengawet makanan lain), tartrazine (zat warna FDC Yellow Dye No 5) yang terdapat pada berbagai produk seperti obat, makanan atau vitamin.
            Dengan demikian pencarian pencetus asma cukup penting untuk menghindari terjadinya gejala asma atau serangan asma.


Kepustakaan

1.   Global Initiative for asthma. World Asthma Day 2005 International Press Release (cited 2006, September 4). Available from: http://www.ginasthma.com/PressReleaseItem.asp?11=6&12=1&intId=893
  1. World Health Organization. Facts about Asthma (cited 2006, September 4). Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/index.html
  2. Global Initiative for Asthma. GINA workshop report, global strategy for asthma management and prevention. Available at (cited 2004 October 22). Available from: www.ginaasthma.com/wr clean.pdf
  3.  Sundaru H. Kontrol asma sebagai tujuan pengobatan asma masa kini. Pidato pengukuhan FKUI Jakarta, Januari 2007.
  4. Sundaru H. Asma. Apa dan Bagaimana Pengobatannya. Balai Penerbit Edisi IV Cetakan kedua FKUI, 2007.